Semua orang pasti tahu rahasia mencapai kesuksesan adalah kerja keras dan pantang menyerah. Hal tersebut terbukti dari kisah enam orang terkaya di Indonesia. Pasang surut dalam usaha mereka sudah menjadi hal yang wajar terjadi dan keterpurukan itu justru bisa membawa mereka ke level yang lebih tinggi.
1. R. Budi & Michael Hartono
Budi dan Michael merupakan dua kakak-beradik yang mewarisi pabrik rokok kretek yang dibangun oleh Ayahnya Oei Wie Gwon. Namun, saat diwariskan perusahaan rokok tersebut sedang mengalami kerugian besar akibat terbakarnya pabrik rokok mereka. Dalam keadaan yang tidak stabil mereka meneruskan perusahaan peninggalan orang tua mereka.
Di tangan duo bersaudara ini, Djarum tumbuh menjadi perusahaan raksasa di Indonesia dan mulai memperluas penjualan rokok kreteknya ke luar negeri pada tahun 1972. Dengan berbagai inovasi yang diterapkan pada produk mereka, Djarum pun laku keras di pasaran.
Kerjaan bisnis keluarga Hartono pun semakin luas. Di bawah Djarum Group, mereka melebarkan sayap ke berbagai bidang seperti elektronik melalui Polytron, perbankan dengan memiliki sebagian besar saham Bank Cental Asia (BCA), perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat dan masih banyak lagi. Total kekayaan yang dimiliki Hartono bersaudara ini diperkirakan lebih dari USD 15.000 M, atau lebih dari 165 triliun rupiah.
2. Anthony Salim
Berasal dari keluarga mapan, bukan berarti perjalanan hidupnya berjalan mulus tanpa halangan. Salim Group yang menaungi PT Indomobil Sukses Internasional, PT BCA, PT Indocement Tunggal Perkasa, PT Indofood Sukses Makmur, dan PT Bogasari Flour Mills mengalami krisis pada tahun 1998. Anthoni Salim yang telah diberi kuasa oleh ayahnya untuk memimpin Salim Group menjual 3 dari 5 perusahaannya untuk menutupi hutang sebesar 52 triliun rupiah.
Dua perusahaan yang tidak dijual oleh Anthoni adalah PT Indofood Sukses Makmur dan PT Bogasari Flour Mills, yang juga merupakan 2 perusahaan terbesar di grupnya. Kedua perusahaan tersebut merupakan salah satu penghasil mie instan dan pemasok bahan baku makanan instan terbesar di dunia.
Keuntungan yang didapat oleh Salim Group dari 2 perusahaan ini sangat besar dan membuatnya menjadi orang terkaya ketiga di Indonesia dengan kekayaan sebesar USD 6.300 M, setara dengan 69,3 triliun rupiah.
3. Chairul Tanjung
Tidak ada yang meragukan kesuksesan “Anak Singkong” yang satu ini. Chairul Tanjung sudah merintis bisnisnya sejak berkuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia dengan membuka usaha fotokopi. Memiliki keinginan untuk terus berkembang ia mulai merambah usaha konveksi, berjualan buku kuliah, membuka took peralatan kedokteran dan laboratorium, hingga mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama rekannya. Namun, ternyata usahanya belum berhasil.
Chairul pun keluar dari perusahaan tersebut, ia kemudian membidik bisnis properti, keuangan dan multimedia. Dari sanalah, ia mendirikan Para Grup , sekarang CT Corp, yang menaungi Mega Corpora, Trans Corp, dan PT CT Global Resource. CT Corp juga merupakan perusahaan yang membangun taman rekreasi indoor pertama di Indonesia, Trans Studio.
4. Sri Prakash Lohia
Berikutnya kisah Raja Tekstil Indonesia, Pria keturunan India ini memilih untuk menjadi warga negara Indonesia dan menjalankan bisnis tekstil dengan Indorama Corporation yang didirkannya. Awalnya perushaan tersebut bergerak memproduksi benang tapi saat ini produksinya sudah berkembang hingga menghasilkan polypropylene, polyethylene, poliested, dan sarung tangan medis.
Sri Prakash mulai mengembangkan usahanya di bidang properti dengan nama Indorama Real Estate dan telah mengukuhkan nama perusahaannya di Bursa Efek Thailand. Total kekayaan Raja Tekstil Indonesia ini mencapai USD 3.700 M, setara dengan 40,7 triliun rupiah.
5. Mochtar Riady
Kehandalannya dalam bidang ekonomi dan perbankan, membuat Mochtar Riady dijuluki The Magic Man of Bank Marketing. Kemampuannya ini pula lah yang membuat Lippo Group menjadi salah satu perusahaan paling berpengaruh di bidang ekonomi.
Pada tahun 1981, Mochtar membeli Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning dan diganti namanya menjadi Bank Lippo. Sebelumnya, Mochtar juga menjadi orang kepercayaan Liem Sioe Liong, pemilik Bank Central Asia dan Salim Group, untuk mengelola BCA karena kemahirannya dalam bidang perbankan.
Selain bergerak di bidang perbankan, Lippo Group juga mengembangkan sayapnya ke bidang ritel dan properti. Matahari Department Store dan Lippo Karawaci adalah salah satu rintisan usahanya.
Bisnis Mochtar Riady telah menjangkau sampai ke negeri Cina dan saat ini dikelola oleh anaknya, James Riady. Kekayaan yang dimiliki Mochtar dari bisnisnya ini mencapai USD 2.500 M, setara dengan 27,5 triliun rupiah.
No comments:
Post a Comment
Jika masih bingung atau apa dengan artikel ini, bisa langsung comment di bawah ini :)